Rabu, 05 September 2018

TKW BANGKIT BERDIKARI BERSAMA NASA

TKW BANGKIT BERDIKARI BERSAMA NASA

Indonesia. Negeri kaya raya, zamrud
khatulistiwa. Negeri dengan potensi
alam yang luar biasa. Negeri yang
tanahnya disebut-sebut sebagai “tanah
surga”. Namun kenapa bangsa kita justru
mengadu nasib di negeri tetangga?

Sebuah pertanyaan yang dilematis pastinya. Potensi melimpah negeri ini memang tidak diimbangi dengan pengelolaan dan pemerataan kesejahteraan yang mumpuni. Problematika ekonomi dan sosial kemudian masih menjadi hal yang menahun dialami oleh masyarakat kita ini. Sesuai data BPS seiring maraknya PHK, maka tingkat pengangguran terus bertambah, pada bulan Agustus 2015, angka penggangguran mencapai 7,56 juta jiwa atau 6,2% dari total angkatan kerja di Indonesia yang berjumlah 122,38 juta jiwa. Tak ayal, banyak masyarakat yang kemudian tergoda untuk mengadu nasib di luar negeri sebagai Buruh Migran Indonesia (BMI) atau bagi yang perempuan sering juga kita kenal sebagai TKW (Tenaga Kerja Wanita). Gaji yang cukup besar dan pengalaman hidup di luar negeri menjadikan profesi TKW memiliki daya tarik tersendiri bagi sebagian banyak masyarakat Indonesia. Namun tidak banyak yang tahu bahwa dibalik itu ada juga banyak kisah sedih yang menghantui, mulai jauh dari keluarga, majikan yang tidak manusiawi dan berbagai resiko lainnya.
Namun cerita yang jauh berbeda datang dari para TKW yang bergabung di NASA. Berada jauh di negeri orang, siapa sangka ternyata kesuksesan tetap datang dari negeri sendiri. Ada yang mendulang sukses dengan berbisnis NASA di negeri tempatnya bekerja, bahkan ada yang kemudian kembali ke tanah air untuk mengembangkan bisnisnya. Ya, NASA telah berhasil memberi kesuksesan dan kebahagiaan bagi para perempuan pahlawan devisa ini.
Hal ini bukanlah suatu hal yang mudah di tengah globalisasi dunia dengan serbuan perusahaan asing serta kesadaraan nasionalisme bangsa yang belum terbangun dengan baik. Permasalahan ekonomi di negara Indonesia yang kaya ini memang berakar dari memudarnya prinsipprinsip BERDIKARI (Berdiri pada Kaki Sendiri).
Ada Tiga prinsip BERDIKARI seperti apa yang dikatakan Presiden Pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno, yakni : 1. Berdaulat dalam bidang politik, 2. Berdikari dalam bidang ekonomi dan 3. Berkepribadian dalam kebudayaan. Semangat inilah yang menjadi landasan NASA untuk kembali menggelorakan potensi bangsa ini.
Di usianya yang ke-13 tahun ini, NASA berhasil mengangkat derajat bangsa dengan kesuksesan beberapa TKW yang bergabung di NASA. Komitmen PT. NASA untuk menebar manfaat dan mengharumkan nama Indonesia terbukti tak hanya dirasakan bagi masyarakat dalam negeri. Bisnis NASA telah berhasil memberi kontribusi nyata bagi para buruh migran di luar negeri melalui hasil karya anak bangsa sendiri. Kami yakin, suatu saat Indonesia tidak lagi akan membutuhkan dunia, tapi dunialah yang membutuhkan Indonesia.

Sukses Tak Harus Pendidikan Tinggi

Sukses Tak Harus Pendidikan Tinggi

Sukses Tak Harus Pendidikan Tinggi
Merasa berpendidikan rendah sempat membuat Ujang Wisesa rendah diri. Namun berkat ketekunan belajar dan kegigihan berusaha, kini ia menjadi salah satu leader NASA yang handal.

“Sedari awal pemalunya luar biasa,” tegas Ujang. Sifat ini bukannya tanpa alasan. “Saya sangat minder sekali karena merasa tidak berpendidikan, nanti kalo ngobrol sama anak sekolahan gimana, bisa tidak, ahirnya saya milih minder,” kata pria yang hanya menem­puh pendidikan formal hingga kelas 5 Sekolah Dasar. 
“Pak Warno (Suwarno HS) selalu menyarankan terus membaca buku wa-lauwpun itu koran bekas,” kata Ujang. Dari arahan tersebut ia terus membaca buku sebanyak-banyaknya. Terutama buku-buku ispiratif dan meningkatkan kepercayaan dirinya. 
“Jangan pernah takut ketemu orang,” Ujang menirukan nasihat Suwarno HS. Nasihat itulah yang selalu teringat di benaknya hingga saat ini. 
Dengan belajar melalui buku dan bimbingan Suwarno HS, pria yang pernah menjadi tukang becak ini mengalami kemajuan berarti. “Dipelajari alhamdulillah setelah kenal NASA ahirnya saya mendapatkan sesuatu, bukan hanya materi tetapi pengetahuan pendidikan juga diajari untuk menunjukan keberanian,” ungkap ujang dengan semangat. 
Ujang bukanlah kacang yang lupa akan kulitnya. “Alhamdulillah saya bisa seperti sekarang bukan karena saya pribadi tapi bimbingan pak Warno, dan teman-teman atas kerjasama,” ungkap­nya merendah. 
“Jujur awalnya saya tidak bisa apa-apa tidak bisa bicara, sampai saat inipun presentasi saya masih grogi,” katanya kembali merendah. “Tapi alhamdulilah kalo pak Warno tidak ada saya yang nyuluh,” lanjutnya menunjukan kemajuan yang sangat pesat pada dirinya. 
Dengan kerendahan hatinya ia selalu bersyukur kepada Yang Maha Kuasa. “Yang saya dapatkan sekarang bukan hasil jerih payah dan ilmu pengetahuan saya, tapi suatu keajaiban dari Tuhan,” ungkap pria murah senyum ini. 


Masa Lalu Yang Suram 
Mendengar cerita sedih perjalanan hidupnya tak akan ada habisnya. Berta­hun-tahun perjalanan hidup seolah tanpa kisah manis, sedih tak berujung. 
Kisah itu dimulai ketika ia duduk di kelas 5 Sekolah Dasar. “Waktu itu pas ujian saya sakit, tidak naik kelas,” kenang Ujang. Setelah itu keluarganya mendap­atkan musibah. “Bapak saya sakit jatuh dari pohon kelapa,” ungkapnya berkaca-kaca. “Akhirnya saya memutuskan untuk bantu orang tua karena saya anak yang paling besar,” Ujang bertanggungjawab. 
Kegiatanya dilakukan untuk mem­bantu ayahnya. “Nyari rumput buat pak­an sapi, berjalan lebih dari 10 km pulang pergi,” kata Ujang. Ini dilakukan tiap hari untuk memastikan ternaknya mendap­atkan makan yang cukup. Pekerjaanya bukan hanya itu. ”Pernah narik becak umur 11 tahun, kegiatan itu satu tahun,” ungkap Ujang. Ini dilakukan bergantian dengan ayahnya. 
Setelah itu ia mencoba mencari pe­runtungan di Ibukota. Ia berfikir di Jakarta mungkin bisa mendapatkan pendapatan yang lebih layak untuk keluarga. 
“Saya sangat ingat di Jakarta bawa cangkul sama pengki,” ungkapnya sambil senyum masam. “Mikul semen dan pasir ke lantai 4 alhamdulilah sampai saat ini belum dibayar, itu yang mengerikan,” ceritanya dengan mimik sedih. 
Perjalanan hidup selanjutnya ia ha­biskan untuk pulang dan kembali ke Ja­karta beberapa kali. Semua usahanya baik di desa maupun di kota selalu men­galami kegagalan. 


Menatap masa depan gemilang 

Pulang dari perantauan seperti ser­dadu kalah perang. Tanpa hasil dan modal yang berarti untuk kebutuhan ke­luarga. 
“Setelah pulang ketemu pak Warno, padahal jarang ketemu juga, tidak kenal hanya tahu,” kata Ujang. Dari Suwarno HS dikenalkan NASA. “Dan karena saya dulu saking tidak punya modalnya, daf-tarpun saya kredit, daftarpun setelah saya menjualkan produk, jual produk dulu baru daftar,” ceritanya sambil senyum. 

“Jadi istilahnya di NASA ini tidak kelu­ar modal serupiahpun, pinjem barang ke pak Warno saya jual, keuntungan saya buat daftar,” kata pria kelahiran Brebes. Pertemuan dengan NASA menjadi titik balik kehidupannya. “Alhamdulillah dengan pembinaan pak warno luar bia­sa, target komitmen dengan pak warno, kalo satu tahun tidak penghasilan Rp. 1 juta di NASA nanti kita tinggalkan saja,” ungkapnya dengan semangat. “Alham­dulillah waktu itu bulan ke sebelas posisi gold manager perasaan cepat banget, padahal saya tidak bisa apa-apa, al­hamdulillah pada waktu itun penghasiln sudah 1,5 juta,” bangga Ujang tak henti-henti mengucap kata syukur. 
“Cuman saya mengaku terlena,” kata Ujang. Cobaan kembali datang. Dimulai dengan habis modal untuk hajatan khitan anaknya. Hingga berbagai cibiran dari masyarakat sekitar. 

Dari berbagai cobaan dan cemoohan itu, justeru menjadi motifasi baginya un­tuk terus bangkit. “Alhamdulilah keajai­ban lagi, waktu itu bonus Rp. 1,6 juta bu­lan berikutnya naik Rp. 3,5 juta, akhirnya muncul keyakinan saya jalani sampai sekarang,” ungkapnya riang. 

Kerja kerasnya terus berbuah. “Al­hamdulillah juga saat ini medapatkan sesuatu yang luar biasa, saya malu sekaligus bangga,” ungkapnya tetap merendah. “Malu karena yang mendap­atka reward cuma satu, bangganya saya pearl manager yang berprestasi,” tanpa menyombongkan apa yang telah dicapai hingga saat ini.

NASA Menjanjikan Masa Depan Di Negeri Sendiri

NASA Menjanjikan Masa Depan Di Negeri Sendiri


Terlahir dari keluarga yang sederhana tak membuat
Ibu Sundari berkecil hati untuk bermimpi meraih masa
depan cemerlang. Dengan segala keterbatasannya,
ia berjuang di negeri orang dengan menjadi Buruh
Migran Indonesia (BMI). Bersama NASA, ia sudah
membuktikan bahwa kesuksesan bisa ia raih meski
berada di negeri orang.

Awalnya Ibu Sundari memang sempat ragu untuk bergabung dengan NASA. Pasalnya, ia memiliki pengalaman pahit selama dua tahun aktif di bisnis MLM dan hasilnya gagal total. Tapi beruntung ia bertemu dengan Bapak Dono Sapari dan Bapak Joko Ari Priyatmoko. “Dua orang inilah yang meyakinkan saya bahwa bisnis di NASA berbeda dengan yang lain. Akhirnya tanpa ragu ia memutuskan untuk bergabung dengan NASA pada bulan Juli 2013,” ungkap perempuan yang saat ini sudah meraih peringkat Executive Diamond Director (EDD).
Rintangan Menjadi Peluang
Kesuksesan yang diraihnya bukan datang dengan sendirinya. Segala rintangan sebagai BMI dengan cerdasnya dia ubah menjadi sebuah peluang. “Profesi ini justru memberi kesempatan emas untuk mengembangkan bisnis NASA di Hongkong bahkan ke beberapa propinsi di Indonesia. Hal ini dikarenakan BMI Hongkong berasal dari berbagai daerah di Indonesia dan mayoritas 85% berlatarbelakang keluarga petani,” tutur Ibu Sundari.
Ditanya rahasia suksesnya, Ibu satu anak ini menuturkan bahwa leadership dengan jaringan menjadi kunci penting ketika membangun bisnis NASA, “Saya terus prospek dan prospek. Tiap minggu kopi darat dengan downline, sebulan sekali mengadakan pertemuan besar dengan seluruh anggota, serta mengadakan pelatihan dan seminar,” ujarnya. “Saya tidak bosan mengingatkan para jaringan saya disini, bahwa masa depan kita ada di Indonesia, Hongkong ini hanya jadi jembatan sementara,” tambah Ibu Sundari penuh semangat.
Kini kerja kerasnya sudah berbuah manis dengan limpahan materi. Hasil keuntungan dari bisnis NASA diwujudkannya dalam bangunan rumah megahdi kampung halaman, investasi asuransi keluarga, serta tabungan dengan nominal yang cukup besar. “Setelah selesai kontrak kerja, saya akan pulang ke Indonesia dan ingin mengembangkan bisnis NASA di kampung halaman. Bersama NASA, Indonesia adalah masa depan saya,” tutup Ibu Sundari sambil tersenyum.

PANCA FOKUS


13 TAHUN PT. NATURAL NUSANTARA

PANCA FOKUS
PROGRAM & AKTIVITAS NASA

Bagi sebuah perusahaan, usia menggambarkan sebuah rentang pengalaman, kontribusi, pengetahuan dan kepakaran. Secara emosional, usia bagi perusahaan menggambarkan banyaknya jejak yang telah ditapak, komitmen, rasa tanggung jawab serta loyalitas karyawan dan konsumen.
Berkaca dari berbagai perusahaan besar dunia yang dibangun hingga beberapa generasi, 13 tahun bagi PT. NASA tentu saja bukan sebuah usia yang pantas disebut matang. Namun dengan segala keterbatasannya, PT. NASA telah konsisten menjadi perusahaan jaringan yang mengangkat 100% karya anak bangsa, menyebarkan manfaat bagi masyarakat, serta menambah deretan perusahaan Indonesia yang telah Go International.
Di usia yang ke-13 ini (1 Oktober 2015), PT. NASA mencanangkan Panca Fokus Program dan Aktivitas NASA, yaitu lima pokok agenda yang dijiwai oleh semangat kesaktian Pancasila. Kelima fokus program perusahaan itu adalah :

1. Produk
NASA akan senantiasa memperluas pangsa pasar dengan melaunching produk-produk baru yang berkualitas dan memiliki diferensiasi untuk memberi nilai lebih. NASA juga akan meluncurkan produk dengan fungsi yang spesifik terutama untuk produk kesehatan. Produk-produk NASA juga akan melakukan upgrade kemasan dengan standar internasional serta penyesuaian volume produk dengan kebutuhan konsumen.

2. Sistem bisnis
Di tengah majunya media dunia online marketing saat ini, NASA senantiasa akan melakukan penguatan dengan pelatihan dan pelengkapan online marketing bagi distributor. Termasuk juga dengan penyesuaian produk yang mudah didistribusikan secara online marketing. Adapun pangsa offline marketing tetaplah juga mendapat porsi penting dan akan dikuatkan melalui training marketing (basic seller & master seller) serta training public speaking.
Kemudian penguatan arah pasar khusus, antara lain seperti:
- Pasar regular agro seperti toko pertanian, toko peternakan dan petani besar.
- Pasar online yang menjanjikan nilai bisnis kumulatif dan presentasi massal.
- Pasar “grosir” yang luar biasa potensial di Indonesia, seperti perkebunan, asosiasi pertanian, peternakan, perikanan, perikanan, proyek pemerintah (pusat dan daerah) dan pasar luar negeri.
Bagi produk agro khususnya, NASA akan menyediakan sistem bisnis yang lebih simpel, menarik dan mendukung untuk masuk ke pasar pasar khusus yang besar tanpa harus merubah sistem bisnis jaringan.

3. Sistem pendidikan
Sistem pendidikan tetap menjadi nilai tambah bagi NASA kepada distributor, antara lain seperti :
- Penguatan knowledge produk dengan training produk regular dan tematik sesuai dengan konteks kebutuhan konsumen.
- Penguatan skill bisnis : basic road map bisnis (nasional) agar distributor paham tentang NASA, Klub Distributor Inti (KDI) offline dan online ( jaringan), home meeting offline dan online, training marketing : basic seller (umum), master seller produk (spesifik) dan training public speaking.
- Penguatan mental, pola pikir dan motivasi seperti Seminar Menembus Batas (SMB) untuk skala nasional dan Road to Success untuk skala lokal.

4. Tools/ Alat bantu bisnis
Penguatan alat bantu bisnis kepada distributor untuk menunjang penjualan seperti : upgrade brosur, spanduk, berbagai proposal penawaran produk bisnis, VCD profil produk dan profil distributor sukses, web offline, aplikasi android, dll.

5. Support perusahaan
Dukungan perusahaan selalu siap mendampingi para distributor seperti dalam pendampingan pasar-pasar khusus, bantuan cash flow stockist yang memenuhi kualifikasi, support penampilan performa stockist, dan penambahan serta upgrade SDM perusahaan untuk excellent service.